4.28.2011

Rasis di Tanah Arab



Orang Arab rasis? Setidaknya itulah cerita yang kudengar selama aku berada di Qatar. Penduduk Qatar atau yang disebut dengan Qatari, hanya boleh menikah hanya sesama Qatari. Jika ada orang Qatari yang menikah dengan orang di luar Qatari, maka bersiaplah keluarga dan negara turut campur.

Mungkin itulah arogansi negara kaya. Qatar sebagai negara baru yang memiliki kekayaan gas dan minyak melimpah memang sangat melindungi warganya. Hal ini terlihat tidak hanya dengan melarang warganya menikah dengan warga negara lain, tetapi juga masalah pekerjaan yang menjamin warganya mendapat pekerjaan di posisi strategis Perusahaan.

Masalah pernikahan ini sebenarnya menjadi masalah tersendiri bagi warga negara Qatar yang jatuh cinta terhadap warga negara lain. Serbuan pendatang yang masuk ke Qatar membludak, dari berbagai negara, terutama dari India dan Philipina.


Tetapi siapa yang bisa menebak kemana arah cinta berlabuh? Banyak juga cowok Arab yang berpacaran dengan cewek Philipina ^_* . Katanya cewek Philipina lebih menyenangkan daripada cewek Arab. Hm...benarkah? Padahal cewek Arab kan cantik-cantik ya..


Lain cerita ketika Abangku yang bekerja disana tidak boleh masuk salah satu Mall. Jadi, dihari-hari tertentu, ada yang namanya Family Day. Hanya yang jalan bersama keluarga yang boleh masuk mall tersebut, yang bujangan tidak boleh. Kecuali cowok Arab dan Western!

Kenapa abang ku yang kebetulan datang sendiri dilarang masuk? Mereka under estimate dengan orang tampang Asia kayak kita gini. Abang ku protes keras karena dibedakan sendiri. Tapi apa mau dikata, sekeras apapun protes, mereka lebih punya kuasa.

4.24.2011

Prasangka


"Apa yang ingin kau ketahui tentang aku? Aku akan menjawabnya" jawabmu tentang pertanyanku bahwa kau sedang menutupi sesuatu dariku. Hal inilah yang menjadi sumber kesalahpahaman kita selama ini. Bahwa kita tidak saling terbuka. Muara dari segala prasangka.

"Tanyalah apa yang menjadi perhatianmu. Aku akan menjawabnya" pintamu lagi. Entah mengapa seribu pertanyaan yang ada di pikiranku menguap entah kemana. Tiba-tiba aku merasa tidak perlu tau dengan kehidupan pribadinya. Tiba-tiba aku merasa tidak berhak tau jika bukan dia yang menghendakinya secara suka rela. Tiba-tiba aku merasa gagu.


Padahal sebelumnya, banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya. Ada beragam pertanyaan yang siap kulontarkan untuk memuaskan dahaga penasaranku. Dan aku siap mendengar jawabannya. Karena dengan mengetahui kebenarannya, aku tau dimana posisiku.

Tapi, entah mengapa semua seperti tersapu bersih dari ingatanku. Aku menjadi sungkan untuk bertanya. Aku menjadi merasa orang yang sok mau tau dengan urusan orang lain. Tiba-tiba aku menjadi malu pada diriku sendiri.

"Aku gak bisa sekarang. Aku ingin sekali bicara denganmu dari hati ke hati. Tapi tidak sekarang, aku mau pergi" jawabku ngeles.
"Baiklah. Kapanpun kau ingin bicara denganku, katakan saja" tuturmu halus.

Atau memang baiknya aku gak perlu tau dengan kehidupan nyata kamu. Cukuplah aku mengenal dirimu seperti ini. Cukuplah bahwa kau selalu ada setiap aku membutuhkanmu. Cukuplah bahwa segala keriangan yang kita ciptakan milik kita berdua. Sisanya, bukan milik kita.

Aku tertegun. Sulit sekali memisahkan mana yang nyata dan mana yang maya. Karena terkadang yang maya menjadi nyata, dan yang nyata menjadi samar. Abu-abu.

Ingin sekali kukatakan padanya malam ini, bahwa aku akan menghormati kehidupan pribadinya, apapun itu. Dan akan memegang teguh janji yang sempat terucap, bahwa kita akan tetap bersahabat dimanapun kita berada sampai kita tua. Terlalu mulukkah?
Entahlah. Yang jelas, malam ini akan kukatakan padanya. Dan semoga dia juga memahaminya.

4.14.2011

Going With The Flow



"Mau mengalir kemana?" tanyamu ketika membaca stutus ymku.
"ke suatu tempat...ke planet lain" jawabku sekenanya
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan sakiti dirimu sendiri" katamu memperingatkanku
"Aku tidak akan menyakiti diriku. Hanya saja orang lain yang menyakitiku" sindirku
"Aku minta maaf...." katamu

Entah sudah berapa kali aku mendengar kata maaf ini. Bukan aku tidak ingin memaafkan peristiwa kemarin yang membuatku menangis 3 hari dan membuatku remuk luar dalam. Aku hanya belum bisa pulih. Aku sudah memaafkan, tapi belum bisa melupakan. Peristwa itu guncangan hebat dalam diriku. Tidak mudah untuk segera sembuh dari luka yang begitu mendalam.Buktinya, aku masih membiarkanmu datang.


"Apa kabarmu?" tanyamu
"Aku sudah baik-baik saja. Semua sudah berlalu. Everything's gonna be okay kan? I need to restart my life" kataku sambil menghela nafas
"Sungguh? Berarti kau akan melupakan aku. Melupakan bahwa aku pernah hadir dalam hidupmu?"
Aku tersenyum simpul.

"Aku tidak pernah menyesali apapun. Dan aku tidak ingin melupakan siapapun. Peristiwa kemarin memberiku banyak pelajaran" kataku yang mencoba menetralisir perasaan.

"Aku ingin kau melupakannya.." katamu lirih
"Sungguh? Kau ingin aku melupakan semuanya?" tanyaku memastikan
"Terserah padamu..."

Akh...kau memang selalu begitu. Kadang kau bilang A, ketika aku memastikan kau berubah pikiran. Semudah itu. Semudah ketika kau mengucap janji, lalu kau ingkar.

"Jika aku punya kesempatan, aku tidak akan menyakitimu lagi. Aku ingin membuatmu tersenyum, tertawa seperti dulu lagi" tuturmu
"Tidak akan pernah. Karena kau akan menyakitikiu lagi", kataku lirih.

"Bolehkah aku melihatmu?" tanyamu sopan
Aku sangat berantakan. Rambut yang baru saja dikeramas belum kusisir. Aku tau kau tidak akan suka melihatnya. Dulu pernah ketika rambut sehabis keramas itu belum dikeringkan, kau bilang tidak suka melihatku seperti itu. Dan kau menyuruhku untuk mengeringkannya pakai hair dryer. Sejak itu aku selalu menyisir rambutku ketika bertemu denganmu, walau itu hanya via webcam

Hingga, terjadi peristiwa di taman itu yang membuatku kecewa. Kau ingkar. Hatiku menjadi dingin. Tidak sehangat dulu yang memberikan keceriaan di sudut-sudut ruang kita. Aku tidak membencimu. Sungguh. Kebencian hanya memberi kotoran dalam hatiku yang akan menambah siksaan bagi batinku.Aku tidak mau mengotori hatiku dengan membencimu.

Hanya saja, aku masih lelah. Biarkan saja aku tidur sejenak.

4.13.2011

Jomblo? So What?


Saya membaca headline news di salah satu portal bahwa Pemerintah Singapura akan membuat biro jodoh buat lajang yang berumur diatas 30 tahun. Jumlah penduduk disana mengalami penurunan mengingat orang-orang disana enggan untuk punya anak dan lebih memilih hidup melajang daripada harus sibuk tetek bengek menjadi seorang ibu.

Situasi ini membuat Pemerintah Singapura khawatir dan memfasilitasi perjodohan antara pria dan wanita yang ingin membangun kehidupan berumah tangga.


Jodoh memang misteri. Tidak mudah menemukan pasangan jiwa yang sesuai dengan kita. Kadang kesendirianpun menjadi pilihan hidup di tengah sibuknya waktu bekerja atau karena pernah patah hati?

Saya mengamati beberapa orang disekeliling saya yang memilih hidup melajang. Mereka punya karier, aktif dan mapan secara ekonomi.

Tak dipungkiri, hidup tanpa laki-laki itu sepi. Seperti berjalan tanpa tujuan. Atau seperti sayuran tanpa garam #halah! Tapi percayalah, sumber kebahagiaan bukan karena laki-laki.

Buat teman-temanku yang gelisah karena belum menemukan Sang Pangeran, jangan khawatir. Perluas pergaulan, karena memiliki banyak teman juga menyenangkan lo. Bisa-bisa ketemu jodoh :D

Dan ingat, kebahagiaan itu milik kita. Bukan terletak pada orang lain. So, Enjoy your life!

Gambar diambil dari sini

4.11.2011

Jangan Hentikan Aku



Aku sudah berlari sekencang ini
melewati sungai yang terjal
menyusur pantai yang landai
dan melewati gurun yang tandus


Napasku masih terengah
Kudapati diri yang gelisah
tak ingin aku melihat kebelakang
bahkan menolehpun aku enggan

Aku tidak ingin mendengar suaramu memanggilku
Pembohong baiknya berteman dengan pembohong
pembohong baiknya berpacaran dengan pembohong

Jangan ikuti langkahku
Enyahlah bersama burung-burung yang terbang ke awan
Pergilah..
aku ingin rinai hujan berlahan akan menghapus jejakmu

4.08.2011

Menembus Awan



Gadis itu masih duduk di kursi yang sama, menanti senja yang akan datang menjelang sore itu. Menikmati jingga senja yang berarak ke peraduan, dan semilir angin yang mengalun nada-nada sendu. Kadang ia merapikan rambutnya yang tertiup angin dan sesekali pengganti posisi duduknya yang menghadap laut lepas nan biru.

Seorang pria menghampirinya. Gadis itu tertegun sejenak. Pria itu yang ada di foto yang ia lihat kemarin. Foto pria tampan yang ia temui ketika sedang berada di pasar. Diam-diam ia mengagumi ketampanannya.


Dan sekarang, pria itu berada persis di depannya. Ia menjadi gagu, tak mampu berbicara sepatah katapun ketika pria itu meminta izin untuk duduk disampingnya.

"Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Dita" jawab gadis itu pelan.

Hening sejenak. Tatapan pria itu jauh menembus awan. Dita berusaha menebak apa yang ada di benak pria yang disampingnya itu. Apakah sama seperti dirinya, yang menghabiskan waktu dengan menikmati senja di sore itu? Atau ada hal lain yang ia tunggu?

Rasa penasaran mulai menyergap diri Dita. " Siapa namamu?" tanya Dita.
"Namaku Rian. Kupikir kamu tidak mau tahu siapa namaku" jawabnya sambil menjulurkan tangan. Senyum keduanya pun merekah.

"Mengapa kau tutup wajahmu dengan rambut?" tanya Rian penasaran
"Aku jelek" jawab Dita. Lalu Dita pun mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan perihal foto Rian yang yang ia temui di pasar.

"Aku ingin melihat wajahmu" tanya Rian tidak peduli perihal fotonya yang tercecer di pasar. Entah siapa yang membuangnya lalu Dita mengutip dan menyimpannya di dalam dompet.Uff..pasti memalukan sekali andai Rian tahu hal ini.

Dita pun berlahan menyibakkan rambutnya. Sedikit merapikan rambut dengan tangannya.Sesekali rambut itu terbang tertiup angin. Rian menyaksikan dengan seksama.

"Bolehkah aku bertanya padamu sesuatu yang sedkit pribadi?" tanya Rian sambil tersenyum simpul.
"Tentu saja", jawab Dita sekenanya.
"Adakah seseorang yang mengatakan bahwa kamu cantik?"
Glek! Seketika tenggorokan Dita tersekat. Tak mampu berkata apa-apa sambil mengingat bahwa memang tidak ada orang yang pernah mengatakan hal itu padanya.
"Kamu cantik. Atau tepatnya kamu manis" tutur Rian sopan.

Pipi Dita bersemu merah. Serasa terbang ke awan dipuji oleh orang setampan Rian. Mendadak, rasa percaya Dita bangkit. Rasa malu akan wajahnya yang sedari tadi ditutupi dengan rambut panjangnya seakan sirnah.Lelaki itu telah membangkitkan percaya dirinya.

Hari telah semakin gelap, angin malampun sudah menusuk tulang. Lelaki itu pamit pulang. Sesuatu yang sangat berat buat Dita. Dia masih ingin berbincang dengan lelaki itu.

"Apakah kita akan bertemu lagi?" tanya Dita penuh harap.
"Insha Allah.." kata pria itu simpul.

Lalu, pria itu pun beranjak pergi. Dita menatapnya hingga ia menghilang dari pandangan. Hanya satu kata yang ia ucapkan pada Dita, tapi ternyata itu mengubah hidup Dita.

Pesan: Para wanita, percaya dirilah bahwa Anda semua cantik. ;)

Gambar diambil dari sini

4.05.2011

Gunung Emas di Lombok dan Impian Semu



Beberapa hari yang lalu, suami saya ditelpon oleh seorang temannya yang berada di Lombok. Dia meminta tolong agar saudaranya yang ingin bekerja menjadi TKW di Malaysia dibantu karena mereka disekap dalam rumah selama sebulan. Saudaranya itu melarikan diri karena sudah tidak tahan dan merasa tidak adanya kepastian dari sponsor perihal keberangkatannya ke Malaysia.

Suami saya yang bekerja sebagai wartawan memang memiliki banyak teman di daerah. Kamipun mencoba membantu mereka dengan mencoba menghubungi beberapa pihak. Akhirnya kami mendapat kabar bahwa mereka berada di Manggarai dan telah mendapat bantuan dari RW setempat.


Kamipun segera meluncur kesana. Sesampai disana, kami melihat kondisi 2 perempuan yang berumur 30-an itu mengenakan pakaian seadanya. Yang satu mengenakan kaos dan celana pendek dan yang lebih tua mengenakan baju dan sarung seadanya.

Mereka melarikan diri dari biro yang mau memberangkatkan mereka ke Malaysia. Selama sebulan mereka tidak boleh keluar rumah, dan tidak ada tanda-tanda mereka akan diberangkatkan. Tidak ada mengurus surat-surat, ataupun pelatihan. Rasa curiga terus menghantui mereka, dan akhirnya memutuskan untuk melarikan diri.

Saya tidak kenal dengan mereka. Hanya saudaranya yang di Lombok yang mengenal suami saya ketika bertugas disana. Hari telah larut malam. Saya menawarkan mereka untuk bermalam dirumah saya.

Sesampai dirumah saya, mereka tidak berhenti menangis. Hingga esok paginya pun mereka masih menangis. Mereka rindu dengan keluarga di Lombok. Dan sangat berterima kasih kepada kami karena telah membantu mereka.

Lalu, merekapun bercerita tentang kehidupan di Lombok. Ternyata sebelum mereka diiming-imingi kerja di luar negeri, mereka adalah pencari emas di Gunung Prabu, dekat Pantai Kuta. Gunung itu memang menghasilkan emas! Sudah 5 tahun masyarakat disana mencari emas dan emas itu masih banyak. Penghasilan mereka sehari bisa Rp 300 ribu. Saya sendiri takjub, ada gunung emas di Lombok. Sungguh, karunia Tuhan yang luar biasa.

Saya dan suami mengingatkan bahwa impian kerja di luar negeri tidak semuanya indah. Dan Lombok merupakan daerah yang kaya. Selain ada gunung emas, Lombok merupakan tempat wisata favorit saat ini.

Kadang rumput tetangga lebih indah. Kadang janji manis kerja di luar negeri lebih indah daripada kenyataannya. Tapi saya berharap, mereka mengambil pelajaran dari peristiwa ini.

nb : Ini photo saya ketika di Pantai Kuta, Lombok tahun lalu. Kalau saya tahu dari dulu ada gunung emas, pasti saya sudah jadi penambang emas disana :D