Kami masih ingin menikmati kota Lampung pagi itu. Menikmati pantai dan sunset yang sudah lama kurindu. Menelusuri jajanan khas daerah Lampung ataupun hanya sekedar duduk-duduk di tepi pantai.
Tapi apa boleh buat. Manusia hanya berencana tapi Tuhan lah yang menentukan. Ternyata pagi itu kami mendengar kakak ku sakit keras. Rencana pun buyar. Kami harus segera ke Medan. Sekarang !.
Sayang, tidak ada pesawat langsung dari Lampung ke Medan. Jadi kami harus ke Jakarta dulu baru bisa melanjutkan perjalanan ke Medan. Kami dapat tiket dengan jadwal penerbangan jam 5 sore ke Jakarta.
Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta pukul 18.00, ternyata hampir semua pesawat penuh untuk tujuan Medan. Seorang calo mendatangi kami, menawarkan tiket dengan harga Rp 1,650 juta per orang. Mengingat ini kondisi darurat, tiket pun kami beli walau harganya jadi mendadak selangit.
Kami pun lari sekuat tenaga mengejar pesawat yang akan segera take off pukul 19.30. Tiket pun dikasih sambil lari-lari bersama si calo. Setelah sampai di pesawat, aku baru menyadari kalau penumpang pesawat lebih dari 1 orang.
Lalu,seseorang dari awak pesawat memanggil namaku dan nama ibuku. Dia menanyakan "tiketnya mana bu?". Kami pun menunjukkan selembar kertas.
"ini bukan tiket bu. Ini boarding pas". Kami memang tidak sempat melihat lembaran kertas itu.
Karena kami check in yang terakhir, dan tidak memiliki tiket yang utuh, maka kami diturunkan dari pesawat. Bayangin, diturunkan dari pesawat!! Rasa amarah berkecamuk di dada. Rasa kesal sama si calo yang telah menipu kami dan pegawai airline yang menjual tiket.
Setelah berdebatan yang cukup alot. Akhirnya kami dapat tiket keesokan harinya pukul 9.00.
Inilah cerminan buruknya pelayanan maskapai penerbangan di negeri kita.
Tapi apa boleh buat. Manusia hanya berencana tapi Tuhan lah yang menentukan. Ternyata pagi itu kami mendengar kakak ku sakit keras. Rencana pun buyar. Kami harus segera ke Medan. Sekarang !.
Sayang, tidak ada pesawat langsung dari Lampung ke Medan. Jadi kami harus ke Jakarta dulu baru bisa melanjutkan perjalanan ke Medan. Kami dapat tiket dengan jadwal penerbangan jam 5 sore ke Jakarta.
Sesampainya di bandara Soekarno-Hatta pukul 18.00, ternyata hampir semua pesawat penuh untuk tujuan Medan. Seorang calo mendatangi kami, menawarkan tiket dengan harga Rp 1,650 juta per orang. Mengingat ini kondisi darurat, tiket pun kami beli walau harganya jadi mendadak selangit.
Kami pun lari sekuat tenaga mengejar pesawat yang akan segera take off pukul 19.30. Tiket pun dikasih sambil lari-lari bersama si calo. Setelah sampai di pesawat, aku baru menyadari kalau penumpang pesawat lebih dari 1 orang.
Lalu,seseorang dari awak pesawat memanggil namaku dan nama ibuku. Dia menanyakan "tiketnya mana bu?". Kami pun menunjukkan selembar kertas.
"ini bukan tiket bu. Ini boarding pas". Kami memang tidak sempat melihat lembaran kertas itu.
Karena kami check in yang terakhir, dan tidak memiliki tiket yang utuh, maka kami diturunkan dari pesawat. Bayangin, diturunkan dari pesawat!! Rasa amarah berkecamuk di dada. Rasa kesal sama si calo yang telah menipu kami dan pegawai airline yang menjual tiket.
Setelah berdebatan yang cukup alot. Akhirnya kami dapat tiket keesokan harinya pukul 9.00.
Inilah cerminan buruknya pelayanan maskapai penerbangan di negeri kita.