Doha is the city of Fying Landcruiser. Landcruiser memang menjadi mobil favorit disini. Entah mengapa orang disini pake mobil gede-gede. Jadi kalo ngeliat mobil Honda Jazz kayak mobil-mobilan. Hampir setiap orang di Doha memiliki mobil pribadi. Makanya sulit mencari taksi jika tidak di mall.
Susahnya mendapatkan taksi inilah, membuat saya merana di corniche. Saya janjian dengan seorang teman di corniche. Sebuah taman dengan pemandangan laut lepas. Corniche memang menjadi tempat favorit banyak orang. Selain karena letaknya ditengah kota, gratis, banyak kursi buat kongkow plus ngecengin cowok-cowok berbagai negara yang sileweran. *Dasar ganjen!
Kamipun mengunjungi Museum of Islamic Art yang terletak di corniche. Disini banyak barang-barang sejarah Islam dari berbagai negara. Disana saya ketemu orang Jepang yang sedang motret. Dari jauh saya kira dia orang Indonesia karena profil badannya yang hampir sama. Kamipun berkenalan. Namanya Taci. Lalu kami menjelajah meseum ini bersama-sama. Setelah 1 jam keliling di meseum, saya kelaparan. Saya tanya, rencana dia selanjutnya. Eh, dia malah nawari makan di kantornya! Katanya sih murah dan dekat. Ga perlu naik taksi. Saya pun oke aja ngikuti dia.
Dia cerita kerja di kapal Logos Hope dan menceritakan berbagai pengalamannya yang sudah mengunjungi beberapa negara. Ini memang paling bikin saya iri, pengen dapat kerjaan yang bisa keliling dunia gratis! hehe..
Ternyata jalan disiang bolong gini, cukup ngerasa terbakar, bo! Saya mulai ngomel-ngomel ke dia.
"Masih lama ga? saya udah lapar banget nih. Udah kepanasan, udah kebakar. Seharusnya saya bawa payung nih"
"Dekat lagi kok, itu udah kelihatan dermaganya. Alah kamu bilang disini panas, di Indonesia kan lebih panas lagi" katanya
Gubrak!
Hiks, tapi di Indonesia kan ga pernah jalan disiang bolong begini, ga ada pohon berteduh lagi. Sayapun pasrah. Orang-orang Arab pada ngeliatin kami berdua yang berjalan kaki disiang panas. Dia dengan sepedanya, saya yang ngomel terus menerus. Jadi teringat salah satu adegan di film Korea. Halah!
Fiuh...akhirnya sampai juga. Rasaya muka dah kebakar. Kalau disiram air udah melepuh kali. "dimana makannya?" kata saya
"di dalam kapal.. katanya sambil menunjuk salah satu kapal
Saya mulai takut. Kenapa saya harus percaya sama orang Jepang yang baru saja kenal? Gimana kalo saya dibekap di dalam kapal dan di....... oh Tidakkk
"Gimana kalo kapalnya jalan? tanya saya mulai cemas
"Kau kira aku mau menculikmu? Kau bilang kau lapar. Di dalam ada restaurant dan bookfair. Kau pasti suka" katamu mencoba meyakinkan aku
Okelah..saya mencoba mempercayainya. Semua orang menyambut saya ramah. Seakan saya ini tamu penting. Dia memperkenalkan saya keberapa orang temannya dan mereka menggoda Taci pakai bahasa Jepang.
Lalu kamipun masuk ke restaurant di dalam kapal. Entah mengapa nafsu makan saya menguap entah kemana, saya hanya ingin minum banyak-banyak. Entah udah berapa gelas. Tanpa malu.
Beberapa orang bergabung di meja kami. Ada yang dari Ekuador, Italy dan Indonesia. Saya pun bertanya apa misi kapal ini, siapa yang mendanai, apa kegiatan dan bla bla lainnya. Rencananya tahun depan mereka akan ke Indonesia.
Lalu, saya diajak ke bookfair yang ada di lantai bawah. Buku-bukunya cukup murah dan beragam. Kalau tidak mengingat kapasitas tas, pasti udah borong buku. Jadinya saya hanya melihat lihat saja.
Hari menjelang sore, sayapun bergegas pulang. Saya katakan pada Taci, saya ga mau jalan kaki lagi. Dia pun mengantar saya ke bus station disekitar kapal. "Tidak usah membayar apa-apa, ini bagian dari service kami" katanya. Tak lupa, kami pun photo berdua untuk kenang-kenangan dan tukar-tukaran email.
Sesampai di corniche saya berencana pulang naik taksi. Sayapun berdiri manis didepan taman. Tapi ampun dj....udah sejam nungguin taksi ga ada yang lewat. Kalopun lewat, sudah ada penumpangnya.
Udara di Doha cukup bersahabat. Masih sekitar 24-27 derajat celcius. Tapi angin kencang disana cukup bisa bikin masuk angin. Dingin pula! Rasanya sudah hampir membeku. Sudah menjelang malam, akhirnya saya memutuskan untuk menelpon abang saya untuk menjemput.
Ga ada pilihan lain. Daripada saya membeku disini sebelum pulang, lebih baik saya minta pertolongan. Jarak rumah dan corniche cukup jauh.Kalau lancar bisa 30 menit. Akhirnya ketika abang datang menjemput, saya sudah diam membatu. Dingin banget bo!
Cerita tentang Doha bisa dilihat juga disini :
Villagio : Sungai di Dalam MallHati-hati Jalan Sendirian di Doha