Ini adalah surga, itulah yang dikatakan Mr.Sean kepadaku ketika kami sedang berbincang di teras rumahnya. Mr. Sean adalah warga negara Amerika yang sudah 16 tahun tinggal di Indonesia. Bahasa Indonesianya pun cukup lancar. Hanya masih ada logat bulenya yang terdengar ketika kami sedang berbicara. Gaya bicaranya jadi seperti Cinta Laura. :)
Perjalananku ke Krui Lampung sebenarnya tidak disengaja. Liburan akhir tahun kali ini entah mengapa kami enggan untuk menghabiskannya di Jawa, apalagi setelah Jakarta dilanda hujan dan macet yang luar biasa. Maka liburan kali inipun, kami menghindari tempat-tempat yang macet seperti Bandung, Yogya apalagi Bali. Setelah browse beberapa tempat, akhirnya kami memutuskan untuk backpackeran ke Lampung. Selain lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, di Lampung ada om saya yang sudah lama tidak saya kunjungi. Jadilah kami berangkat naik kereta menuju Gambir, untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung menggunakan bus Damri.
Tujuan utama saya ke Lampung, saya ingin ke Teluk Kiluan, yang konon kabarnya kita bisa melihat lumba-lumba di laut lepas.Tapi karena kami cuma berdua, sementara keberangkatan minimal 5 orang, maka kami harus menunggu sampai terpenuhinya kuota. So, jadilah kami ke tempat alternatif, yaitu Tanjung Setia yang berada di Krui Lampung.
Tanjung Setia ternyata sudah cukup dikenal bagi pencinta surfing. Ketika sampai disana, kami dibawa sama ibu yang kami kenal di bus travel ke Homestay Mutiara Alam Zandino yang berada di Jl. Raya Pantai Way Redak Walur, Krui. Penginapan pondokan yang bernuansa pedesaan di dekat bibir pantai. Saya tidak menyangka ternyata pemiliknya seorang bule muslim berwarga negara Amerika. Kami disambut dengan sangat ramah oleh keluarganya.
Lalu Mr.Sean menunjukkan tempat-tempat indah yang bisa kami kunjungi, kami disarankan jalan kearah Pugung Tampak. Katanya, pemandangannya sangat indah. "Ini adalah surga.." katanya. Ketika dia tinggal di California, yang ada hanya pantai. Tak heran salah satu hobinya berselancar. Tapi disini, ada pantai, gunung, hutan, komplit, semua ada disini. Sayang ya, kita sebagai warga negara Indonesia tidak menyadari hal ini.
Yang membuat hati saya miris, ketika saya berjalan ke Tanjung Setia, ternyata penginapan disana sudah didominasi oleh bule. Deuh, pinter banget ya si bule lihat potensi alam kita. Sementara Pemerintah kita engga mampu mengelola sumber daya yang indah ini buat pemasukan daerah. Akes ke tempat wisata sulit sehingga membuat biaya perjalanan menjadi mahal.
Sayang, saya hanya 2 hari di Krui. Banyak cerita dari Mr.Sean yang bisa saya ambil pelajaran. Setiap jam 4 pagi beliau sudah bangun, setelah sholat subuh, dia belanja ke pasar untuk kebutuhan rumah. Dia juga memberdayakan masyarakat sekitar. Pengen deh, ada kesempatan kesana lagi. Mr. Sean menyarankan bulan Juni datang kesana lagi, the best time to travel, katanya. Insya Allah.
Pantai Berandai, Krui, Lampung. Tempat pencinta surfing |
Tujuan utama saya ke Lampung, saya ingin ke Teluk Kiluan, yang konon kabarnya kita bisa melihat lumba-lumba di laut lepas.Tapi karena kami cuma berdua, sementara keberangkatan minimal 5 orang, maka kami harus menunggu sampai terpenuhinya kuota. So, jadilah kami ke tempat alternatif, yaitu Tanjung Setia yang berada di Krui Lampung.
Tanjung Setia ternyata sudah cukup dikenal bagi pencinta surfing. Ketika sampai disana, kami dibawa sama ibu yang kami kenal di bus travel ke Homestay Mutiara Alam Zandino yang berada di Jl. Raya Pantai Way Redak Walur, Krui. Penginapan pondokan yang bernuansa pedesaan di dekat bibir pantai. Saya tidak menyangka ternyata pemiliknya seorang bule muslim berwarga negara Amerika. Kami disambut dengan sangat ramah oleh keluarganya.
Di depan homestay Mutiara Alam
Lalu Mr.Sean menunjukkan tempat-tempat indah yang bisa kami kunjungi, kami disarankan jalan kearah Pugung Tampak. Katanya, pemandangannya sangat indah. "Ini adalah surga.." katanya. Ketika dia tinggal di California, yang ada hanya pantai. Tak heran salah satu hobinya berselancar. Tapi disini, ada pantai, gunung, hutan, komplit, semua ada disini. Sayang ya, kita sebagai warga negara Indonesia tidak menyadari hal ini.
Yang membuat hati saya miris, ketika saya berjalan ke Tanjung Setia, ternyata penginapan disana sudah didominasi oleh bule. Deuh, pinter banget ya si bule lihat potensi alam kita. Sementara Pemerintah kita engga mampu mengelola sumber daya yang indah ini buat pemasukan daerah. Akes ke tempat wisata sulit sehingga membuat biaya perjalanan menjadi mahal.
Sayang, saya hanya 2 hari di Krui. Banyak cerita dari Mr.Sean yang bisa saya ambil pelajaran. Setiap jam 4 pagi beliau sudah bangun, setelah sholat subuh, dia belanja ke pasar untuk kebutuhan rumah. Dia juga memberdayakan masyarakat sekitar. Pengen deh, ada kesempatan kesana lagi. Mr. Sean menyarankan bulan Juni datang kesana lagi, the best time to travel, katanya. Insya Allah.