2.22.2011

Doha, Menjejak Kembali


Menjejak kembali, tanah yang pernah kupijak 2 tahun lalu. Cuaca disini cukup bersahabat. Dingin yang menyusuk tulang di pagi hari, cuaca panas di siang hari dengan suhu sekitar 27 C dan angin semilir yang menyejukkan.



Berangkat dengan penerbangan Etihad Airways selama 6 jam dan transit di Abu Dhabi. Transit yang melelahkan karena harus menunggu selama 3 jam untuk penerbangan ke Doha di dini hari yang panjang.

Di tengah kantuk dan rasa yang lelah, tak sedikitpun mengurangi rasa antusiasku terhadap negara yang konon berpenghasilan tertinggi di dunia ini. Aku sampai pukul 3 dini hari waktu Qatar. Dijemput dengan abangku yang sudah menunggu sedari tadi, kamipun menceritakan perjalanan yang panjang, lelah sekaligus menyenangkan.

Selama perjalanan ke rumah, memoar kenangan satu per satu terkuak. Doha banyak berubah. Pembangunan yang besar-besar nampak sekali ingin menampilkan negara Arab dengan cita rasa modern. Gedung-gedung seakan berlomba untuk menjadi yang tertinggi.

Tapi satu yang tak pernah aku lupa, corniche beach. Pantai yang panjang ini berada di tengah kota Doha dan selalu menjadi tempat wisata favorit. Sayang, aku belum sempat mengeksplore pantai ini lagi.

Doha, i'm back. Dan siap untuk mengeksplore Doha

Cerita Tentang Doha bisa didapat juga di Lovely Travelling

2.11.2011

Doha, How Are You Today?




Setiap perjalanan selalu melahirkan inspirasi -Isti

November 2008 untuk pertama kalinya aku datang ke Qatar. Sebuah Negara Arab yang sedang dibangun modern dan indah. Tidak seperti Negara Arab lainnya seperti Arab Saudi yang memiliki peraturan yang ketat, Qatar justru membangun dirinya menjadi Islam yang toleran dan moderat.

Sebelumnya, tidak banyak yang kutahu tentang negara ini. Hingga aku datang dan menetap selama sebulan disana. Aku datang bersama ibu dan tinggal bersama abangku yang kebetulan kerja disana.

Tugasku, menjaga kedua keponakan, Fathan dan Faiza selama abang dan kakak iparku menjalankan ibadah haji. Jadilah, aku dan ibu membagi tugas. Ibu memasak, dan aku mengajak mereka bermain. Tugas yang paling ringan. ;)

Lambat laun, aku mulai suka dengan kota Doha. Dan menyeretku untuk mengenalnya lebih jauh. Mulailah aku mencari tahu tentang negeri ini dari mbah google dan bertanya sana sini.

Kota ini bersih Tidak tandus seperti yang kubayangkan seperti negara Arab lainnya yang hanya terdiri dari gurun pasir. Taman kota ditata dengan indah. Jalanannya tertib dan tidak macet.

Hanya ini? Tidak. Doha mengubah hidupku secara tidak langsung. Dia membuka mata dan pikiranku. Sebelumnya, aku hanyalah ibu rumah tangga tanpa cita-cita. Tanpa mimpi. Tanpa hasrat.

Tapi disini, kutemukan diriku yang telah lama membuang waktu percuma. Tanpa makna. Dimulai dengan sadarnya aku betapa pentingnya bisa berbahasa Inggris. Bahasa Inggris ku yang terbata-bata ini membuatku tidak percaya diri untuk berbicara dengan orang asing.

Melihat banyaknya orang Indonesia yang bekerja di Doha, membangkitkan gairahku untuk punya mimpi bekerja di luar negeri. Memiliki karir dan yang terpenting adalah mengaktualisasi kemampuan diri agar lebih bermakna.

Setiap perjalanan memang selalu melahirkan inspirasi. Pulang dari Doha, aku langsung kursus bahasa Inggris di English First dan mengikuti berbagai kursus yang aku minati, salah satunya Web Design.

Sekarang, aku telah bekerja. Mimpiku belum semua terwujud. Masih banyak mimpi-mimpi lain yang ingin kuraih.

15 Februari 2011 nanti, aku akan berangkat kembali ke Doha. Kota yang memberiku inspirasi. Kota yang membuka mata dan pikiranku. How are you today, Doha?